Thursday 8 March 2012

Koar Dalam Hati


Selamat pagi pelagi,embun pagi,rintik hujan,dan segala bentuk kepercayaan yang kita anut sampai mati nanti...


berada di titik kesendirian yang fana bukanlah menjadi suatu alasan terkini
dan saya mungkin sendiri menghanyutkan semua sunyi menjadi sebuah sunyi hati...
aku berdiam bertolak hingga kini..
untuk kamu seorang...irinauly :)

betulkah dimana seorang bayi bisa bernyanyi sampai kiamat nanti?
betul...percayalah dalam hati...
betulkah dimana seorang sunyi bisa menjadi seterang matahari?
betul...percayalah dengan menari :)

bertolak bukan berarti mati kawan...
dan hingga nanti disini akan tertulis jelas bahwa cinta itu abadi...
dan berlari bukan hal yang mustahil wahai kaum mayoritas militan penyamun awan...
sampai mati ditulis dalam nisan seorang sunyi tak lekang oleh nurani...

berpusinglah dengan kehidupan...
menangislah demi kenyamanan...
bertanggunglah untuk menjawab...
dan berjalanlah tanpa menoleh si biadab :)

kebencian bukan hanya dendam wahai cinta...
kebencian terbawa sampai hati nurani..
saat dimana seorang sunyi berkata DIAM!!
dan diamlah dengan hati...dia adalah nurani dalam sunyi...


dengarlah dengan perasaan..
rasakan dengan pendengaran...
ini akan segera berakhir diakhiri...
oleh pemimpin nyata dalam hidupmu nanti....wahai......Irinauly :)







dengan sebuah kebencian dan segala bentuk dosa yang terubah terkuak satu...
menjadi...



cinta tiada akhir...










Faldiansyah Buyung Sultan Daisman

sisi kiri



Bergetaaaaaaaaaaaarrrr....heuheuheuheu (#np homicide - membaca gejala dari jelaga)


mari mulai

Dan semuanya digetarkan dengan rima..
dan prosa didedikasikan dengan sengaja..
hentak dada tak berima tapi berprosa tak makna..
dan digetarkannya sel otak senyawa kain kafan bangkit bernyawa..

sesuatu yang hilang bukan lenyap hanya satu persatu tertahan...
bertutup mari ditutup,mulai yang baru dengan semua langkah yang melaju..
Kami melingkari hati dengan senyawa bukan proton yang terlihat dengan mata dimensi..
dan yang lalu adalah abu!dan semua itu hanya ragu yang asu!

prosa pendek penuh dentum dari senyawa..
dimakinya kini...
mulailah nak...
disini bukan ajang tutup mulut untuk senyawa yang bernyawa..


mari.


atas nama saya aku sebutkan dengan lantang..
bahwa itu semua hanya roll film busuk tanpa Tuhan!
bersama abu tertiup angin pergilah engkau 3 detik yang melelahkan 3jam selanjutnya!
saya bukan budak yang berteguh bertuan melainkan pembangkang ala senyawa ideologi.

dan sekarang kemungkinan ini akan terucap..
hal yang tak ingin terucap berjalan sendiri..
berteriak ditengah kota tanpa sadar membuat semua tampak gila!
siapa yang sadar akan dentum merapi sebelum gejala dimulai?!

Argumen basi berkata berbahagialah bertopeng bunga melati sesajenmu!
rrrrrrrrrrrrghhhhhhhhhhh
Dan kunyatakan dewata bukan surga!
rrrrrrrggggggghhhhh

itu semua hanya janji dibawah langit dewata prahara!
baca ini wahai kain yang dipakai dikeningmnu yang melingkar!
dan demi setiap huruf jangan sedetikpun aku berhenti berkata hingga akhir!
miris teriris sudah terkikis jadi anarkis yang dikata saat do'amu disampaikan dipinggir gapura!

peduli setan kini dikata
ini akhir sebuah cerita yang kau mulai sendiri wahai sang kotak hitam putih catur!
ini terlalu berat untukmnu yang bergumam dipinggir pantai dan mengangkat kelambu jambu!
asu!!!


dan kini dikatakannya sekali lagi berarti akhir!

Demi Segala Senyawa mula bumi lautan dan topeng yang kau sembah!
dewata bukan surga!

senyawa kosong tak bermakna bertopeng bunga kening bertitik hanya nazar kosong belaka!


jika ada kata yang lebih memaki dibanding kata di bumi..
segera kulontarkan sekarang...





sayang...tidak ada makian yang cocok untuk kain yang melekat dikening dan titik putih di kening,dan kotak hitam putih catur...kurang jelas? kamu! Pande Nova.






sisi kiri Faldiansyah Buyung Sultan Daisman