Monday 17 October 2011

dan ketika tipis menjadi tebal

Assalamu'alaikum


salam renda-renda lagu gemulai jemari.


Bismillah...

dipanjatkan segala gemuruh do'a saat terkapar,
dipanjatkan seluruh keringat saat kedinginan,
dan dipanjatkan segala lieur saat mengering,
Ya Allah...

kami menipis...
kami menipis...
kami menipis...
sangat tipis...


saat semua ketakutan ini berkumpul menjadi serangkaian amuba yang menerawang korosi
dan melubangi salah satu hati kami diantara dua jalan bergaris saat miris
dan berdindingkan 'agama' dan berbatas lampau..
dan berjembatan 'komunikasi' saat semua ini menjadi tipis..

jujur saya tipis...
dan menebal dengan sendirinya...
tapi tipis lagi...

tidak ada sebuah keringanan dibalik rongga amubakah?
dan tidak adakah sebuah rongga oksigen dibalik korosi bersinambungan?

kalau ini terlalu sulit dimengerti...
saya pun begitu..

saya yakin..para pembaca selalu bertanya apa maksud penulis..

sebenarnya..saya hanya ingin menyampaikan satu kata saja dibalik seluruh tulisan saya
kenapa dibikin ruwet?
karena saya hanya bisa menyembunyikan semuanya daripada harus mengungkapkannya tetapi malah menjadi petaka yang berlebih...

satu judul saja saya bikin mudah dimengerti..


apakah kalian pernah melihat seseorang merintih menangis dengan ingus disekitar mulut?
apakah kalian pernah melihat seseorang menahan perasaan hingga menetes air dimatanya dan berkata ampun?
apakah kalian pernah melihat seseorang hanya bisa terdiam dan berkata "ya Allah" ?
dan...


apakah kalian pernah memikirkan bagaimana perasaan orang tersebut ?






dan...





ketika tipisnya es batu di sekitar hati mulai dipertebal.

kalian tidak akan mendapatkan satu jawabanpun!


dinding ini namanya 'agama' dan jembatan itu bernama 'komunikasi'.



Faldiansyah.

No comments: